MAHASISWA DAN WACANA KEMASYARAKATAN
(sebuah upaya membangun dinamisasi mahasiswa)
Oleh : Misrawi Awiek
PRESMA UNITRI
Berbicara persoalan mahasiswa kita terus merasa di ajak untuk lebih mengelitik kedepan seluk-beluk dan fenomena mahasiswa yang saat ini terus mengental desetiap dinamika kehidupan. Satu hal yang sangat menarik wacana yang diangkat kepermukaan yang saat ini menjadi momok urgensitas mahasiswa dalam konteks kekinian, kerna bagaimanapun juga mahasiswa secara esensial agen of cange, agen of control, untuk memberikan tindakan-tindakan nyata yang mengarah terhadap transformasi gagasan dan action dalam dinamika masyarakat, begitu juga mahasiswa diakui kuat oleh kalangan masyarakat, adalah orang-orang yang terdidik dan mempunyai intlektual yang tinggi begitu juga emosional yang peka terhadap gejala-gejala yang berkembang di masyarakat.
Berangkat dari paradigma diatas maka sejatinya mahasiswa saat ini benar-benar memaksimalkan segala aktivitas keilmuan, baik di internal kampus maupun di eksternal kampus, yang sekiranya memberikan sumbangsih besar terhadap daya nalar mahasiswa itu sendiri, namun ironisnya mahasiswa saat ini bersifat acuh tak acuh terhadap segala aktivitas kampus, hal ini dapat kita lihat dalam organisasi-organisasi intra, seperti HMJ, UKM, BEM ini hanya minoritas saja yang faham dan aktif, dan mayoritas bersifat apatis terhadap kegiatan tersebut, jangankan aktif di organisasi, membaca pengumuman saja yang sudah tersedia di mading kampus mereka males dan hanya dilewati doank, masyaallah,,,,! maaf ini bukan memvonis tapi ini merupakan realita yang tak dapat kita pungkiri. Sehingga jangan heran jika ada mahasiswa sudah semester lima tidak tahu mekanisme untuk mengurusi KRS-an, ini paradigma mahasiswa yang tidak boleh ditiru dan di contoh, lebih-lebih tindakan sekandal yang dimotori oleh mahasiswa saat ini masih menghiasi di beberapa media atau dirana kemasyarakatan yang tak lebih mencoreng refutasi mahasiswa itu sendiri, tentunya kita masih ingat beberapa tahun terakhir tumbangnya orde baru dari tampuk kepemimpinannya yang dictator, hal ini tidak lepas dengan peran mahasiswa yang terus menerus melakukan terobosan-terobosan baru guna untuk melengserkan orba dari tahta kekuasaannya yang otoritarian, persoalannya bagaimana mahasiswa saat ini sepak terjangnya ditengah-tengah masyarakart? Dan bagaimana pula sikap mahasiswa ketika dihadapkan dengan peminpin yang tidak becus? Bungkam! Atau sebaliknya.
Inilah mungkin tugas yang maha berat diemban oleh mahasiswa ditengah-tengah masyarakat yang kelak memberikan tranformasi secara totalitas, perubahan tak akan pernah terwujud tampa kesadaran anak bangsa Indonesia, khusunya mahasiswa yang masih kental dengan keilmuannya, jangan pernah berfikir bahwa ada orang lain yang sadar dan sudah bergerak, sehingga kita tidak perlu bergerak atau bungkam. Pemikiran-pemikiran kolotisme dan konsevatisme seperti inilah yang kerap kali menghantui mahasiswa sekarang, implikasinya mahasiswa sekarang acuh tak acuh, stagnasi, dan kurang peka terhadap masalah-masalah yang menimpa masyarakat.
Walaupun pada kenyataannya tidak semua mahasiswa punya kepedulian kolektif terhadap social kemasyarakatan. Namun paling tidak mahasiswa mampu meminimalkan persoalan yang merugikan masyarakat “deddy mulyana” mencatat setidaknya ada empat jenis mahasiswa secara substansial.
Pertama: mahasiswa akademisi yaitu mahasiswa yang aktifitasnya hanya berkutat di internal kampus, kelompok ini tidak terlalu peduli dengan gejolak yang terjadi di masyarakat, karna mereka berdali tugas mahasiswa hanya belajar.
Kedua: mahasiswa politisi / aktivisi kelompok ini tidak hanya mementingkan aktifitas kampus, namun juga ketimpangan-ketimpangan social turut menjadi bagian utama untuk dijadikan media pembelajaran.
Ketiga: mahasiswa vocasional kelompok ini lebih menghususkan dirinya bagaimana memperoleh keuntungan ekonomis belaka, seakan-akan kuliah dijadikan sarana untuk memperoleh jabatan atau pangkat, yang orientasinya hanya mengarah terhadap duit.
Keempat: mahasiswa kolega, mahasiswa ini sangat berbahaya yang mensetnya lebih banyak mengarah kepada teman, pacar dan bentuk-bentuk kekerabatan lainnya, sungguh sangat rugi apabila mahasiswa meninggalkan tujuan utamanya yaitu agen of change namun kenyataannya mereka hidup dalam keadaan gelamur yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan.
Dari wacana diatas ditarik sebuah benang merahnya bahwa mahasiswa yang secara substansial menyandang predikat yang sangat urgen dalam dinamika kehidupan, untuk memberikan pencerahan dan sekaligus menjadi pahlawan ditengah masyarakat, dari sini maka akan tampak tanggungjawab yang diemban oleh mahasiswa, untuk melakukan terobosan-terobosan jitu dari segala bentuk penindasan yang merugikan masyarakat seperti bentuk ketidak adilan pemerintah, korupsi, dan pelanggaran HAM serta pelanggaran etik kemasyarakatan. Semoga……
+ komentar + 1 komentar
SEMOGA LEBIH DINAMIS BEM UNITRI KEDEPANNYA